Kalau lo suka sepak bola yang intens, pressing gila-gilaan, dan formasi yang bisa berubah tiap 5 menit, lo pasti kenal sama Atalanta.
Dan di tengah kekacauan sistem yang rapi itu, ada satu pemain yang jadi motor penggerak paling underrated: Éderson.
Gak banyak yang ngomongin dia di luar Serie A, tapi pecinta taktik pasti tahu—tanpa Éderson, Atalanta gak bakal segila ini performanya musim 2023/24, termasuk tembus final Europa League dan finis top 4 di liga.

Dari Brasil ke Bergamo: Jalan yang Nggak Instan
Éderson lahir 7 Juli 1999 di Campo Grande, Brasil.
Dia bukan lulusan akademi besar kayak Santos atau Flamengo, tapi datang dari klub-klub seperti Desportivo Brasil dan kemudian pindah ke Corinthians.
Di awal kariernya, Éderson lebih dikenal sebagai gelandang box-to-box dengan tenaga kuda. Tapi waktu pindah ke Salernitana di Serie A (2021), orang mulai sadar:
“Ini anak punya sentuhan Eropa dalam kepala Brasilnya.”
Cuma butuh setengah musim di Salernitana buat narik perhatian Atalanta, dan langsung digaet tahun 2022.
Langsung Klop di Taktik Gila Gasperini
Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, punya reputasi sebagai penemu sistem chaos terkendali.
Dan Éderson? Cocok banget.
Dia langsung nyatu sama sistem Atalanta yang:
- Main dengan intensitas tinggi
- Peran pemain fleksibel
- Serangan datang dari mana aja
- Gak ada posisi mati
Éderson di-set jadi gelandang tengah/kanan, tapi tugasnya bervariasi:
- Kadang jadi ball-winner
- Kadang switch ke playmaker
- Bisa lari ke kotak penalti, tapi juga jadi filter utama sebelum backline
Dia tipe pemain yang nggak kelihatan di highlight, tapi lo kaget kalau liat statistik akhirnya.
Gaya Main: Gabungan Casemiro, Kessié, dan Barella
Éderson bukan pemain yang bling-bling. Tapi lo bakal jatuh cinta kalau lo suka pemain:
- Disiplin secara posisi
- Punya stamina nggak abis-abis
- Tahu kapan harus break lawan
- Passingnya simple tapi efisien
- Dan… bisa ngeluarin gol dadakan dari second line
Satu hal yang mencolok dari Éderson: dia ngerti ruang. Dia tahu kapan stay, kapan naik, dan kapan tutup celah.
Dan semua itu dia lakukan tanpa drama, tanpa keluhan.
Musim 2023/24: Musim Breakout yang Diam-Diam Gila
Atalanta musim ini bukan cuma “tim kuda hitam”—mereka jadi tim paling konsisten di Serie A setelah Inter. Dan Éderson adalah motor tengah yang bikin semuanya jalan.
Statistiknya musim itu:
- 50+ penampilan di semua kompetisi
- 7+ gol dari posisi gelandang
- Salah satu pemain paling banyak tekel bersih
- Akurasi passing di atas 85%
- Selalu jadi starter di laga besar (termasuk vs Liverpool dan Marseille di UEL)
Puncaknya? Atalanta menang UEFA Europa League 2024, dan Éderson tampil garang di final lawan Bayer Leverkusen.
Gelandang lawan hilang arah gara-gara tekanan Éderson.
Dipanggil Timnas Brasil: Legit Resmi!
Performa gila di Atalanta akhirnya gak bisa diabaikan.
Timnas Brasil resmi manggil dia buat Copa América 2024. Dan banyak yang bilang:
“Éderson adalah gelandang paling stabil Brasil saat ini.”
Dengan Casemiro aging dan Fred inkonsisten, Éderson dianggap cocok banget buat jadi penyeimbang Neymar, Paquetá, dan para penyerang flamboyan lainnya.
Karakter: Kalem Tapi Mental Baja
Éderson bukan pemain yang aktif di media sosial atau hobi flex. Tapi dia:
- Fokus ke kerja lapangan
- Gak takut duel fisik lawan siapa pun
- Gak banyak bicara ke media
- Tapi respek tinggi dari fans dan pelatih
Mentalitasnya tuh “do the job, then go home”, dan itu cocok banget sama fans Italia yang suka pemain pekerja keras.
Masa Depan? Bisa ke Klub Besar, Tapi…
Setelah musim fenomenal ini, Éderson udah dikaitin sama:
- Juventus (karena Thiago Motta suka tipe pekerja cerdas)
- Manchester United (butuh gelandang bertahan fresh)
- Bayern atau PSG (butuh energi baru di tengah)
Tapi dia masih punya kontrak di Atalanta sampai 2027, dan Gasperini jelas gak mau kehilangan dia gampang-gampang.
Apa yang Bisa Kita Belajari dari Éderson?
- Lo gak harus viral buat dianggap elite.
Kadang kerja konsisten lebih penting dari satu highlight skill. - Pemain “tim sistem” tuh emas di era sepak bola modern.
Gak semua harus jadi Messi. Jadi Éderson pun bisa bikin tim juara. - Adaptasi dan kerja keras bisa ngangkat nama lo meskipun bukan dari akademi elite.
Legacy: Masih Panjang, Tapi Fondasinya Udah Kuat
Éderson baru 24 tahun, tapi udah nunjukin bahwa dia bisa main di sistem kompleks, lawan tim besar, dan kasih impact nyata.
Gak banyak bicara, tapi tiap pelatih pasti pengen dia ada di starting XI.
Kalau dia terus konsisten? Nama Éderson bakal ada di daftar gelandang top Eropa selama bertahun-tahun ke depan.